25 Mar 2013

Anak Durhaka

 SIAPA YANG DURHAKA .. ?




“ Apabila anak Adam meninggal dunia maka putuslah amalnya kecuali tiga perkara : Shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan kepadanya HR. BUKHORI


Sebuah kata mutiara mandarin menyatakan, Ren Sheng Shi Yi Zhong Ze Ren: Hidup adalah sebuah tanggung jawab. Dengan kata lain, di dalam hidup kita ada tanggung jawab kepada Tuhan, orang tua, diri kita, terhadap sesama, Negara dan alam sekitar. Jika hidup hanya untuk memikirkan kepentingan dan keuntungan diri sendiri, sementara kita mengabaikan tanggung jawab, apalagi membuat pihak lain menderita, maka bisa dipastikan kita akan kesepian dan menderita.
Anak merupakan amanah dari sang Kholiq, oleh karenanya kita dituntut untuk menjaga dan menjalankan amanah yang telah di embankan kepada kita. Mulai sejak dari kandungan sampai dewasa adalah tanggung jawab orang tua hingga si anak menikah. Suka duka adalah beban yang seyogyanya dirasakan oleh orang tua dalam mendidik dan mengasuh anak, karena semua itu adalah sebuah perjuangan dalam mengemban Amanah. Allah swt menyatakan dengan firman-NYA :


وَالّذِ يْنِ هُمْ لِاَمَنَتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُوْ نَ


“ Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat [yang dipikulnya] dan janjinya ”[QS. Al-Mu’minuun [23] : 8 ].

Pada dasarnya semua orang tua mendambakan anak yang sholeh dan sholeha [ pandai, cantik rupawan dan sukses dunia akerat ]. Beribu cara dilakukan demi anak tercinta agar menjadi yang terbaik, tak peduli berapa besar biaya yang akan dikeluarkan yang penting si anak harus berhasil.
Dalam menjadikan anak yang is the best kebanyakan orang tua tidak menyadari potensi si anak, sehingga berapa banyak diantara mereka yang strees. Bukannya pandai tapi malah down . Itu semua dilakukan atas dasar gengsi dan sifat otoriter orang tua yang menggebu-gebu [ pokoknya anak saya harus menjadi A, padahal potensi si anak tidak ada yang mengarah pada keinginan tersebut ]. Sehingga banyak dari anak mengalami perang pemikiran antara taat pada orang tua dan cita-cita pribadinya.
Sesungguhnya setiap anak telah diberikan bentuk dan keahlihan yang berbeda-beda oleh Allah swt, firman-NYA :


هُوَالّذِي يُصَّوِرُكُمْ فىِ اْلاَرْحاَمِ كَيْفَ يَشَاءُ لآاِلَهَ اِلاّهُوَ اْلعَزِيْزُالْحَكِيْمُ .


“ Dialah yang membentuk kamu dalam rahim [ rupa, nasib, rezeki, jodoh, mati ] sebagaimana dikehendaki-NYA. Tak ada Tuhan melainkan Dia yang maha perkasa lagi maha bijaksana “ [QS. Ali ‘imran [3] : 6 ].
Seorang Psikolog yang bernama Howard Gardner menyatakan bahwa ada 8 macam kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang, yaitu :

1. Kecerdasan Visual Spatial [ Arsitak, Desainer, Pelukis ].
2. Musical [ ahli musik dan penyanyi ].
3. Logic Mathematic [ Ahli Statistik, Ilmuwan fisika ].
4. Linguistic [ Sastrawan, Novelis ].
5. Intrapersonal [ Filosofi, sufi ].
6. Interpersonal [ Orator ulung ].
7. Bodily Kinestetic [ Olah ragawan ].
8. Naturalistic [ Pecinta Alam ].

Dari 8 macam kecerdasan tersebut dapat dijadikan sebuah pegangan bagi orang tua dalam mendidik anak. Kita harus bijak dalam mengarahkan anak, memang tak dapat dipungkiri orang tua mana yang menginginkan anaknya bodoh dan sengsara kelak?. Tapi janganlah memaksakan kehendak karena memaksa anak ibarat menekan sebuah bola kedalam air. Semakin kuat kita menekan maka semakin kuat bola tersebut terlontar.
Saiyidina Umar ra. Mengatakan, “Didiklah anak-anakmu karena mereka diciptakan dari zaman yang lain dari zamanmu “.
Rosulullah saw bersabda, “ Ajarilah anak-anakmu dengan tiga perkara, 1. Ajarilah dengan memanah. 2. Ajarilah dengan berkuda, 3. Ajarilah dengan berenang “.
Dalam hal ini Allah swt memberikan gambaran dalam mendidik [mengajak] anak kita dengan firman-NYA :

اُدْعُ اِلَى سَبِيْلِ رَبّكَ بِالْحِكْمَةِ وَلْمَوْعِظَةِ اَلْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ .

“ Serulah [ajaklah manusia] kepada jalan Tuhan-MU dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik “. [ QS. An-Nahl [16] : 125].
Ketahuilah, sesungguhnya banyak factor yang memicu kedurhakaan seorang anak kepada orang tua. Namun jika kita telaah dengan baik, factor utamanya adalah kesalahan orang tua dalam mendidik anak. Kesalahan tersebut bias berupa kesalahan dalam menerapkan cara yang digunakan, seperti terlalu banyak aturan atau sikap orang tua yang terlalu keras dan kasar terhadap anak.
Ada beberapa sikap yang harus dilakukan orang tua dan yang harus di tinggalkan dalam hal mendidik anak, diantaranya :

  •  Sikap lemah lembut dan kasih sayang. Ini adalah cara yang diajarkan Allah SWT. kepada Rosulullah SAW Dalam mendidik umatnya. Allah berfirman, 
“ Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar [otoriter], tentulah mereka menjahkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun pada mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-NYA “. [QS. Ali Imran [3] : 159].
Dalam bukunya NASHA’IH LI AL-ABAA’ QABLA ‘UQUQ AL-ABNA, Prof. Sa’ad karim menjelaskan, ketika seorang anak melakukan kesalahan, tidak selayaknya orang tua langsung memberikan hukuman berat. Tapi harus memberikan nasehat dan petunjuk, menjelaskan kesalahan sang anak dengan bijak, sambil memberikan keterangan tentang perilaku dan sikap yang benar. Setelah itu memberikan bimbingan dan arahan.

  • Jangan suka mencela anak.
Marwan bin abi Hafsah, dalam salah satu baitnya pernah menyatakan, “ jangan tergesa-gesa mencela sahabatmu, siapa tahu dia punya alasan, sementara kamu terlanjur mencelanya “

  • Akibat kurang keharmonisan orang tua.
Hal ini dapat memicu stress pada anak. Orang tua yang sering bertengkar atau bahkan bercerai dapat menyebabkan rasa tertekan dan kecemasan pada anak. Ketidak nyamanannya tercatat dalam nenori anak dan dapat mengganggu interaksi dengan teman sebayanya. Akibatnya anak-anak tersebut menjadi tidak percaya diri, sensitif, penakut bahkan sulit berkonsentrasi.

  • Sikap Cueknya orang tua terhadap anak
Orang tua terlalu memberikan kebebasan anak begitu besar, padahal si anak belum bisa membuat keputusan dan berfikir secara logis. Itulah pola asuh permisif cenderung membiarkan anak-anak untuk melakukan hal yang salah tanpa memberi pengarahan yang benar. Kebebasan anak menjadi dominan, sehingga anak tidak siap untuk berbenturan dengan kondisi yang tidak sesuai dengannya dan harapan. Akibatnya anak tersebut mengalami stress.

  • Orang tua terlalu menforsir anak, sehingga si anak menjadi kelelahan.
Hal ini banyak tidak disadari oleh orang tua [ambisi], mereka juga manusia yang perlu enjoy dalam hidup. Orang tua harus memperhatikan aktivitas fisik mereka, waktu tidur untuk anak-anak harus benar-benar optimal. Kurang tidur dapat menyebabkan kinerja fisik otak anak menjadi mudah emosional dan tidak stabil.


Tambihi, anak adalah amanah maka jagalah amanah itu dengan sebaik-baiknya. Ketika si anak mengalami ketimpangan dalam perilaku jangan mengatakan “DIA ANAK DURHAKA”, karena bisa jadi dia seperti itu akibat kelalaian orang tua. Intinya jalanilah hidup ini [mendidik anak] sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan oleh Allah, pada hakekatnya orang tua hanya menjalankan amanah dan masalah keberhasilannya serahkan sepenuhnya kepada yang MAHA PEMBUAT KEBIJAKAN.

0 comments:

Posting Komentar