25 Mar 2013

Ruginya Orang Yang Hanya Mengejar Duniawi




Dunia dalam genggamanNya

“ Jika hanya dunia yang kau kejar, sungguh betapa tidak adilnya dunia ini.”

Kalimat ini pertama kali saya dengarkan pada saat mengikuti Training ESQ. Entah kenapa belakangan ini sering kali terngiang-ngiang di kepala saya.

Benar adanya bahwa dunia ini sungguh tidak adil. Tidak perlu jauh-jauh, ada teman satu kost yang tinggal di sebelah kamar saya. Beliau bekerja di galangan kapal. 7 hari dalam seminggu. Berangkat kerja jam 6.30 pagi dan baru pulang lagi jam 9.30 malam. Setiap hari seperti itu. Penghasilan, saya kira tidak lebih besar, minimal sama lah dengan saya yang bekerja dengan 5 hari kerja dari jam 7.30 pagi – 4.30 sore.

Kalau mau lihat ke sekeliling saya, bisa lebih banyak lagi saya temukan mereka yang bekerja lebih keras tapi dari segi pendapatan tidak seberapa.

Nah, kalau sudah di posisi mereka ini, mau bekerja sekeras apapun ya agak susah juga untuk mencapai kehidupan yang makmur. Sekalipun mungkin yang namanya kebahagiaan urusan masing-masing. Ada saja kan orang yang meskipun kehidupannya susah, namun masih bisa bahagia. Karena kebahagiaan letaknya ada di hati. Faktor internal, bukan faktor eksternal.

Memang betul ada sebuah ayat yang berbunyi :


“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS.13 : 11)

Dan ini menjadi landasan kita untuk berusaha secara maksimal di dunia ini untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Bukan malah pasrah pada keadaan yang menempatkan kita di posisi sulit dan serba susah. Namun demikian, tetap hak prerogatif ada di tangan Allah untuk menentukan hasil dari setiap upaya kita.
Menjalani Peran Yang Diberikan Sebaik Mungkin

Alhamdulillah, bila kemudian setiap upaya yang kita lakukan mendapatkan ridho dari Allah dan kita berada pada posisi yang lebih baik. Minimal berkecukupan, meski tidak melimpah atau ultra kaya (walaupun menjadi kaya itu lebih bagus). Bagaimana ternyata bila kehendak Allah lain adanya. Bagaimana bila ternyata Allah memberikan kita peran kehidupan pada posisi yang susah tersebut. Mau protes?

Pada akhirnya kita harus ingat tujuan awal perjalanan hidup ini. Kenapa kita dilahirkan ke dunia, tidak lain sudah Allah jawab :


“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS.56 : 51)

Itulah tujuan hidup kita yang sebenarnya. Bila kita menjadi kaya, bagus. Karena itu akan menjadi penunjang ibadah kita. Dengan kekayaan tersebut, kita bisa berbuat baik lebih banyak lagi. Namun, andaikata kita diberi peran orang susah pun, tujuan hidup ini masih tetap sama. Tidak lain untuk beribadah kepada Allah.


Maha Besar Allah yang menggenggam alam semesta dan isinya

Di akhir hayat nanti pun kita akan kembali kepadaNya. Menanti hari dimana akan dimintai pertanggungjawaban atas janji kita kepada Allah, sebelum dilahirkan ke dunia ini.


“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?’ Mereka menjawab: ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi’. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)’.” (QS.7 : 172).

Bagaimana mempertanggungjawabkan janji ini? Tentu saja dengan beribadah kepada Allah, apapun keadaan kita. Baik itu dalam keadaan senang, maupun susah. Apapun peran kita di dunia, seyogyanya kita jalani sebaik mungkin. Dengan visi jangka panjang, jauh menembus alam akhirat nanti. Bagi yang bertaqwa, surga balasannya :


Ini adalah kehormatan (bagi mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik, (yaitu) surga ‘Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka.” (QS.38 : 49-50)

Jika Hanya Dunia Yang Kau Kejar

Jika hanya dunia yang kau kejar, sungguh betapa tidak adilnya dunia ini. Jika tujuan jangka panjang (akhirat) yang kau kejar, setidaknya bila dunia tidak dalam genggamanmu masih ada kebahagiaan terakhir yang lebih kekal sebagai balasan atas seluruh pengadian dan ibadah kita selama hidup di dunia ini. Dan janji Allah adalah benar.

Kesimpulan dari semua yang saya tulis ini bukan bermaksud untuk mematahkan semua upaya Anda untuk menjadi lebih baik. Bukan bermaksud untuk membuat Anda semakin malas berjuang meraih kualitas hidup yang lebih baik. Justru agar kita semua (termasuk saya pribadi), menjadi lebih bersemangat dalam menjalani peran kita masing-masing dengan tetap berada pada garis tujuan dilahirkannya kita ke dunia ini, untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah Sang Pencipta.

Dan bila pada akhirnya peran kita hanya sebatas pada hidup yang berkecukupan, maka masih ada tujuan jangka panjang yang bisa kita kejar sesudah kehidupan dunia yang singkat ini berakhir.Jangan sampai jadi orang yang merugi. Sudah di dunia susah, di akhirat susah juga. Agar lebih semangat temukan saja nilai spiritual pada peran yang sedang kita jalani.


Jika taman dunia ini begitu indah, apalagi taman surga

Semoga Allah memudahkan semua urusan kita di dunia ini sehingga bisa menyempurnakan ibadah hingga rukun Islam yang ke-5. Amin…

Mudah-mudahan tulisan sederhana ini bermanfaat.

Anak Durhaka

 SIAPA YANG DURHAKA .. ?




“ Apabila anak Adam meninggal dunia maka putuslah amalnya kecuali tiga perkara : Shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan kepadanya HR. BUKHORI


Sebuah kata mutiara mandarin menyatakan, Ren Sheng Shi Yi Zhong Ze Ren: Hidup adalah sebuah tanggung jawab. Dengan kata lain, di dalam hidup kita ada tanggung jawab kepada Tuhan, orang tua, diri kita, terhadap sesama, Negara dan alam sekitar. Jika hidup hanya untuk memikirkan kepentingan dan keuntungan diri sendiri, sementara kita mengabaikan tanggung jawab, apalagi membuat pihak lain menderita, maka bisa dipastikan kita akan kesepian dan menderita.
Anak merupakan amanah dari sang Kholiq, oleh karenanya kita dituntut untuk menjaga dan menjalankan amanah yang telah di embankan kepada kita. Mulai sejak dari kandungan sampai dewasa adalah tanggung jawab orang tua hingga si anak menikah. Suka duka adalah beban yang seyogyanya dirasakan oleh orang tua dalam mendidik dan mengasuh anak, karena semua itu adalah sebuah perjuangan dalam mengemban Amanah. Allah swt menyatakan dengan firman-NYA :


وَالّذِ يْنِ هُمْ لِاَمَنَتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُوْ نَ


“ Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat [yang dipikulnya] dan janjinya ”[QS. Al-Mu’minuun [23] : 8 ].

Pada dasarnya semua orang tua mendambakan anak yang sholeh dan sholeha [ pandai, cantik rupawan dan sukses dunia akerat ]. Beribu cara dilakukan demi anak tercinta agar menjadi yang terbaik, tak peduli berapa besar biaya yang akan dikeluarkan yang penting si anak harus berhasil.
Dalam menjadikan anak yang is the best kebanyakan orang tua tidak menyadari potensi si anak, sehingga berapa banyak diantara mereka yang strees. Bukannya pandai tapi malah down . Itu semua dilakukan atas dasar gengsi dan sifat otoriter orang tua yang menggebu-gebu [ pokoknya anak saya harus menjadi A, padahal potensi si anak tidak ada yang mengarah pada keinginan tersebut ]. Sehingga banyak dari anak mengalami perang pemikiran antara taat pada orang tua dan cita-cita pribadinya.
Sesungguhnya setiap anak telah diberikan bentuk dan keahlihan yang berbeda-beda oleh Allah swt, firman-NYA :


هُوَالّذِي يُصَّوِرُكُمْ فىِ اْلاَرْحاَمِ كَيْفَ يَشَاءُ لآاِلَهَ اِلاّهُوَ اْلعَزِيْزُالْحَكِيْمُ .


“ Dialah yang membentuk kamu dalam rahim [ rupa, nasib, rezeki, jodoh, mati ] sebagaimana dikehendaki-NYA. Tak ada Tuhan melainkan Dia yang maha perkasa lagi maha bijaksana “ [QS. Ali ‘imran [3] : 6 ].
Seorang Psikolog yang bernama Howard Gardner menyatakan bahwa ada 8 macam kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang, yaitu :

1. Kecerdasan Visual Spatial [ Arsitak, Desainer, Pelukis ].
2. Musical [ ahli musik dan penyanyi ].
3. Logic Mathematic [ Ahli Statistik, Ilmuwan fisika ].
4. Linguistic [ Sastrawan, Novelis ].
5. Intrapersonal [ Filosofi, sufi ].
6. Interpersonal [ Orator ulung ].
7. Bodily Kinestetic [ Olah ragawan ].
8. Naturalistic [ Pecinta Alam ].

Dari 8 macam kecerdasan tersebut dapat dijadikan sebuah pegangan bagi orang tua dalam mendidik anak. Kita harus bijak dalam mengarahkan anak, memang tak dapat dipungkiri orang tua mana yang menginginkan anaknya bodoh dan sengsara kelak?. Tapi janganlah memaksakan kehendak karena memaksa anak ibarat menekan sebuah bola kedalam air. Semakin kuat kita menekan maka semakin kuat bola tersebut terlontar.
Saiyidina Umar ra. Mengatakan, “Didiklah anak-anakmu karena mereka diciptakan dari zaman yang lain dari zamanmu “.
Rosulullah saw bersabda, “ Ajarilah anak-anakmu dengan tiga perkara, 1. Ajarilah dengan memanah. 2. Ajarilah dengan berkuda, 3. Ajarilah dengan berenang “.
Dalam hal ini Allah swt memberikan gambaran dalam mendidik [mengajak] anak kita dengan firman-NYA :

اُدْعُ اِلَى سَبِيْلِ رَبّكَ بِالْحِكْمَةِ وَلْمَوْعِظَةِ اَلْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ .

“ Serulah [ajaklah manusia] kepada jalan Tuhan-MU dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik “. [ QS. An-Nahl [16] : 125].
Ketahuilah, sesungguhnya banyak factor yang memicu kedurhakaan seorang anak kepada orang tua. Namun jika kita telaah dengan baik, factor utamanya adalah kesalahan orang tua dalam mendidik anak. Kesalahan tersebut bias berupa kesalahan dalam menerapkan cara yang digunakan, seperti terlalu banyak aturan atau sikap orang tua yang terlalu keras dan kasar terhadap anak.
Ada beberapa sikap yang harus dilakukan orang tua dan yang harus di tinggalkan dalam hal mendidik anak, diantaranya :

  •  Sikap lemah lembut dan kasih sayang. Ini adalah cara yang diajarkan Allah SWT. kepada Rosulullah SAW Dalam mendidik umatnya. Allah berfirman, 
“ Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar [otoriter], tentulah mereka menjahkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun pada mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-NYA “. [QS. Ali Imran [3] : 159].
Dalam bukunya NASHA’IH LI AL-ABAA’ QABLA ‘UQUQ AL-ABNA, Prof. Sa’ad karim menjelaskan, ketika seorang anak melakukan kesalahan, tidak selayaknya orang tua langsung memberikan hukuman berat. Tapi harus memberikan nasehat dan petunjuk, menjelaskan kesalahan sang anak dengan bijak, sambil memberikan keterangan tentang perilaku dan sikap yang benar. Setelah itu memberikan bimbingan dan arahan.

  • Jangan suka mencela anak.
Marwan bin abi Hafsah, dalam salah satu baitnya pernah menyatakan, “ jangan tergesa-gesa mencela sahabatmu, siapa tahu dia punya alasan, sementara kamu terlanjur mencelanya “

  • Akibat kurang keharmonisan orang tua.
Hal ini dapat memicu stress pada anak. Orang tua yang sering bertengkar atau bahkan bercerai dapat menyebabkan rasa tertekan dan kecemasan pada anak. Ketidak nyamanannya tercatat dalam nenori anak dan dapat mengganggu interaksi dengan teman sebayanya. Akibatnya anak-anak tersebut menjadi tidak percaya diri, sensitif, penakut bahkan sulit berkonsentrasi.

  • Sikap Cueknya orang tua terhadap anak
Orang tua terlalu memberikan kebebasan anak begitu besar, padahal si anak belum bisa membuat keputusan dan berfikir secara logis. Itulah pola asuh permisif cenderung membiarkan anak-anak untuk melakukan hal yang salah tanpa memberi pengarahan yang benar. Kebebasan anak menjadi dominan, sehingga anak tidak siap untuk berbenturan dengan kondisi yang tidak sesuai dengannya dan harapan. Akibatnya anak tersebut mengalami stress.

  • Orang tua terlalu menforsir anak, sehingga si anak menjadi kelelahan.
Hal ini banyak tidak disadari oleh orang tua [ambisi], mereka juga manusia yang perlu enjoy dalam hidup. Orang tua harus memperhatikan aktivitas fisik mereka, waktu tidur untuk anak-anak harus benar-benar optimal. Kurang tidur dapat menyebabkan kinerja fisik otak anak menjadi mudah emosional dan tidak stabil.


Tambihi, anak adalah amanah maka jagalah amanah itu dengan sebaik-baiknya. Ketika si anak mengalami ketimpangan dalam perilaku jangan mengatakan “DIA ANAK DURHAKA”, karena bisa jadi dia seperti itu akibat kelalaian orang tua. Intinya jalanilah hidup ini [mendidik anak] sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan oleh Allah, pada hakekatnya orang tua hanya menjalankan amanah dan masalah keberhasilannya serahkan sepenuhnya kepada yang MAHA PEMBUAT KEBIJAKAN.

Letak Terompet ( Sangkakala )




Ilmuwan Berhasil Menemukan Letak Terompet Malaikat Isrofil

Sekitar tahun 2005 silam sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh Prof. Frank Steiner dari Universitas Ulm, Jerman melakukan observasi terhadap alam semesta untuk menemukan bentuk sebenarnya dari alam semesta raya ini sebab prediksi yang umum selama ini mengatakan bahwa alam semesta berbentuk bulat bundar atau prediksi lain menyebutkan bentuknya datar saja.

Dengan menggunakan sebuah peralatan canggih milik NASA yang bernama “Wilkinson Microwave Anisotropy Prob” (WMAP), mereka mendapatkan sebuah kesimpulan yang sangat mencengangkan karena menurut hasil penelitian tersebut alam semesta ini ternyata berbentuk seperti terompet!

Di mana pada bagian ujung belakang wilayah “terompet” alam semesta itu merupakan alam semesta yang tidak bisa diamati (unobservable), sedang bagian depan, di mana bumi dan seluruh sistem tata surya berada merupakan alam semesta yang masih mungkin untuk diamati (observable).

Bentuk Alam Semesta

Di dalam kitab Tanbihul Ghofilin Jilid 1 hal. 60 ada sebuah hadits panjang yang menceritakan tentang kejadian kiamat yang pada bagian awalnya sangat menarik untuk dicermati.

Abu Hurairah ra berkata :

Rasulullah saw bersabda : “Ketika Allah telah selesai menjadikan langit dan bumi, Allah menjadikan sangkakala (terompet) dan diserahkan kepada malaikat Isrofil, kemudian ia letakkan dimulutnya sambil melihat ke Arsy (Singgasana kekuasaan) menantikan bilakah ia diperintah”.

Saya bertanya : “Ya Rasulullah apakah sangkakala itu?”

Jawab Rasulullah : “Bagaikan tanduk dari cahaya.”

Saya tanya : “Bagaimana besarnya?”

Jawab Rasulullah : “Sangat besar bulatannya, demi Allah yang mengutusku sebagai Nabi, besar bulatannya itu seluas langit dan bumi, dan akan ditiup hingga tiga kali.

Tiupan pertama : Nafkhatul faza’ (untuk menakutkan).

Tiupan kedua    : Nafkhatus sa’aq (untuk mematikan).

Tiupan ketiga   : Nafkhatul ba’ats (untuk menghidupkan kembali atau membangkitkan).”

Dalam hadits di atas disebutkan bahwa sangkakala atau terompet malaikat Isrofil itu bentuknya seperti tanduk dan terbuat dari cahaya.

Ukuran bulatannya seluas langit dan bumi. Bentuknya laksana tanduk mengingatkan kita pada terompet orang–orang jaman dahulu yang terbuat dari tanduk.

Kalimat seluas langit dan bumi dapat dipahami sebagai ukuran yang meliputi/mencakup seluruh wilayah langit (sebagai lambang alam tak nyata/ghoib) dan bumi (sebagai lambang alam nyata/syahadah). Atau dengan kata lain, bulatan terompet malaikat Isrofil itu melingkar membentang dari alam nyata hingga alam ghoib.

Jika keshohihan hadits di atas bisa dibuktikan dan data yang diperoleh lewat WMAP akurat dan bisa dipertanggung jawabkan maka bisa dipastikan bahwa kita ini bagaikan rama-rama (kupu-kupu) yang hidup di tengah-tengah kaldera gunung berapi paling aktif yang siap meletus kapan saja.

Satu lagi contoh dari banyaknya bukti tentang kebenaran Kitab Suci akhirnya terkuak. Contohnya seperti dalam Al-Qur’an yang menyebutkan bahwa janin berkembang dengan tiga fase, yang akhirnya menjadi patokan bidang kedokteran di seluruh dunia.

Juga, bahwa matahari dan semua benda langit bergerak tanpa kecuali yang pada masa dahulu disangkal oleh para ilmuwan ternyata juga ada di dalam Al-Qur’an dan masih banyak kebenaran lainnya yang manusia belum dapat menguaknya.

Perlu diketahui pula bahwa Nabi Muhammad bukanlah seorang saintis apalagi seorang astronomis, namun itu semua sudah ada di kitab yang berusia lebih dari 1.400 tahun yang lalu.

Bukti yang tadinya untuk akal manusia saja masih merupakan misteri. Kenapa dan apa yang dimaksud dengan terompet (sangkakala) malaikat Isrofil itu?

Dan Allah telah mengabarkan kedahsyatan terompet malaikat Isrofil itu dalam surah An Naml ayat 87 :

“Dan pada hari ketika terompet di tiup, maka terkejutlah semua yang di langit dan semua yang di bumi kecuali mereka yang di kehendaki Allah. Dan mereka semua datang menghadapNya dengan merendahkan diri.” (An Naml 87)

Makhluk langit saja bisa terkejut apalagi makhluk bumi yang notabene jauh lebih lemah dan lebih kecil. Pada sambungan hadits di atas ada sedikit preview tentang seperti apa keterkejutan dan ketakutan makhluk bumi kelak.

“Pada saat tergoncangnya bumi, manusia bagaikan orang mabuk sehingga ibu yang mengandung gugur kandungannya, yang menyusui lupa pada bayinya, anak-anak jadi beruban dan setan-setan berlarian.”

Ada sebuah pertanyaan yang menggelitik, jika terompetnya saja sebesar itu, bagaimana dengan peniupnya dan bagaimana pula Sang Pencipta keduanya?

Maha Besar dan Maha Benar Allah SWT dengan segala firmanNya.