26 Mar 2013

Belajar Ikhlas

Ikhlas itu kata yang mudah diucapkan, tetapi sulit dilaksanakan. Karena itu, kita perlu belajar dan membiasakan diri menjadi mukhlis (orang yang ikhlas). 

Dari segi bahasa, ikhlas itu mengandung makna memurnikan dari kotoran, membebaskan diri dari segala yang merusak niat dan tujuan kita dalam melakukan suatu amalan.

Ikhlas juga mengandung arti meniadakan segala penyakit hati, seperti syirik, riya, munafik, dan takabur dalam ibadah. Ibadah yang ikhlas adalah ibadah yang dilakukan semata-mata karena Allah SWT.

Ungkapan “semata-mata karena Allah SWT” setidaknya mengandung tiga dimensi penghambaan, yaitu niatnya benar karena Allah (shalih al-niyyat), sesuai tata caranya (shalih al-kaifiyyat), dan tujuannya untuk mencari rida Allah SWT (shalih al-ghayat), bukan karena mengharap pujian, sanjungan, apresiasi, dan balasan dari selain Allah SWT.

Beribadah secara ikhlas merupakan dambaan setiap Mukmin yang saleh karena ikhlas mengantarkannya untuk benar-benar hanya menyembah atau beribadah kepada Allah SWT, tidak menyekutukan atau menuhankan selain- Nya. “Sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun” (QS An-Nisa’ [4]: 36).

Jika ikhlas sudah menjadi karakter hati dalam beramal ibadah, niscaya keberagamaan kita menjadi lurus, benar, dan istiqamah (konsisten). (QS Al-Bayyinah [98]: 5). Selain kunci diterima tidaknya amal ibadah kita oleh Allah SWT, ikhlas juga membuat “kinerja” kita bermakna dan tidak sia-sia. Kinerja yang bermakna adalah kinerja yang berangkat dari hati yang ikhlas.

Menurut Imam Al-Ghazali, peringkat ikhlas itu ada tiga. Pertama, ikhlas awam yakni ikhlas dalam beribadah kepada Allah karena dilandasi perasaan takut kepada siksa-Nya dan masih mengharapkan pahala dari-Nya.

Kedua, ikhlash khawas,ialah ikhlas dalam beribadah kepada Allah karena dimotivasi oleh harapan agar menjadi hamba yang lebih dekat dengan-Nya dan dengan kedekatannya kelak ia mendapatkan “sesuatu” dari-Nya.

Ketiga, ikhlash khawas al-khawas adalah ikhlas dalam beribadah kepada Allah karena atas kesadaran yang tulus dan keinsyafan yang mendalam bahwa segala sesuatu yang ada adalah milik Allah dan hanya Dia-lah Tuhan yang Mahasegala-galanya.

Ikhlas merupakan komitmen ter ting gi yang seharusnya ditambatkan oleh setiap Mukmin dalam hatinya: sebuah komitmen tulus ikhlas yang sering dinyatakan dalam doa iftitah. (Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semata-mata karena Allah Tuhan semesta alam). (QS Al-An’am [6]: 162).

Sifat dan perbuatan hati yang ikhlas itu merupakan perisai moral yang dapat menjauhkan diri dari godaan setan (Iblis). Menurut At-Thabari, hamba yang mukhlis adalah orang-orang Mukmin yang benar-benar tulus sepenuh hati dalam beribadah kepada Allah, sehingga hati yang murni dan benar-benar tulus itu menjadi tidak mempan dibujuk rayu dan diprovokasi setan.

Ikhlas sejatinya juga merupakan “benteng pertahanan” mental spiritual Mukmin dari kebinasaan atau kesia-siaan dalam menjalani kehidupan. Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah berujar, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang meng isi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tetapi tidak bermanfaat.”

Ibadah Dan Rezeki

" IBADAH DAN REZEKI "





Orang bilang, nggak ada tuh, hubungan ibadah dengan rejeki. Gak ada hubungan antara ibadah dan kesuksesan finansial. Yang ada hubungannya tuh, ibadah dan akhirat. Siapa – siapa yang ibadahnya bagus, maka akan allah beri ganjaran surgaNya. Allah jauhkan dari neraka. Benar, tidak ada yang salah dengan pendapat seperti ini. Tapi, jangan salah, ibadah itu sangat erat kaitannya dengan rejeki kita. Rezeki, sangat kuat hubungannya dengan sholat, tilawah qur’an, sedekah, dan amal – amal ibadah kita yang lain. Bagaimana kalau kemudian kita bilang, siapa yang bagus ibadahnya, tentu Allah sangat senang. Jika Allah sudah senang sama seseorang dikarenakan ibadahnya, tentu doanya akan lebih cepat diijabah oleh Allah, termasuk doa minta rejeki, kesuksesan hidup, kesuksesan finansial. Juga, ini katanya Allah, janjinya allah, bukan katanya maupun janjinya manusia. Kita – kita manusia, kalo ngomong kan suka pake insya Allah, nah kalo Allah, nggak butuh pake insya Allah atas semua janji – janjiNya. 



“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar bagiNya. Dan dia memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka – sangka. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya allah melaksanakan urusannya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap sesuatu”. (QS At talaq: 2-3).


Nah saudaraku, udah kebayangkan? Bahwa taqwa, tawakal, beribadah itu sangat erat kaitannya denagn rezeki kita. Ya, yang disebut rezeki kan juga termasuk rezeki kesehatan, umur yang berkah, hidup bahagia, sukses karir, prestasi di dunia kerja atau akademik, dan lainnya.


Di dalam kehidupan sehari – hari, saya begitu banyak mendapati mereka yang menjaga ibadahnya, rezekinya selalu dicukupkan oleh Allah, bahkan berlimpah. Bener, saya nggak bohong. Di kosan saya sendiri (kami menyewa rumah dengan enam orang penghuninya), seorang teman yang kalo setiap berdoa, saya perhatikan begitu khusyuk, begitu perhatian sama doa yang digantungkan pengharapanNya pada sang Maha Mengabulkan doa. Satu hal yang juga rajin beliau lakukan, setiap nelpon orangtuanya, selalu minta doa. Alhasil, teman saya ini, adalah seorang mahasiswa yang berprestasi dari segi akademik. Kuliah di kedokteran selama tiga setengah tahun dan mendapat gelar sarjana kedokteran, lulus yudisium tepat pada waktunya (padahal waktu pulang ujian akhir beliau bilang ke kita – kita yang di rumah, dia yakin nggak bakalan lulus ujian kali ini, karena banyak salahnya pas jawab ujian), dan langsung masuk co assdi rumah sakit pendidikan M. Djamil. Beliau juga mengaku, entah kenapa, rasanya hidupnya selalu ‘hoki’. Seberapa beratpun masalah yang dihadapi, selalu aja ada jalan keluar yang Allah berikan. Dari segi organisasi pun, beliau juga sukses. Pernah menjabat ini itu di berbagai organisasai, juga pernah menjabat sebagai koordiantor acara ilmiah tingkat nasional. Paska organisasi, beliau juga kerap diundang sebagai pemateri dalam berbagai event kampus. Itu saja? Belum cukup. Beberapa bulan yang lalu beliau juga akan berangkat ke Mesir dalam rangka “Research Exchange”.


Ini cerita yang pertama. Cerita yang kedua, dari sebuah toko perlengkapan muslim langganan saya. Sebut saja namanya Mbak Reni (nama samaran). Beberapa waktu yang lalu saya sempat sedih karena Mbak Reni dalam sms yang dikirimkannya mengatakan tokonya sudah pindah. Pemilik toko (jadi beliau mengontrak) mengambil kembali tokonya. Saya begitu sedih, karena tokonya dekat dari kosan saya, juga mbak Reni yang ramah dalam melayani pembeli. Namunamazing, beberapa bulan setelahnya, Mbak reni kembali membuka toko perlengkapan muslimnya, beberapa toko dari tempat dagangnya semula. Bahkan, lebih luas. Yang membuat saya terkagum – kagum, bahkan di samping toko barunya ini, berdiri juga toko milik saudaranya. Setelah saya amati, ternyata rahasia mereka adalah dengan menjaga sholatnya. Perdagangan tidak membuat mereka lalai dalam melaksanakan solat!!. Jika telah masuk waktu sholat, toko tutup sementara. Beberapa waktu sebelum masuk waktu sholat, mereka telah mengambil ancang – ancang meletakkan palang di depan toko, pertanda sebentar lagi Allah akan memanggil melalui muazinNya. Allah akan datang, memberikan kemenangan, termasuk kemenangan dalam masalah rejeki. Hayya ‘alassholah, hayya ‘alal falah.


Demikian sedikit cerita saya terkait ibadah dan rejeki. Semoga dapat menginspirasi teman – teman semua. Mari kita percaya, yakin terhadap janji – janji Allah. Mungkin, selama ini (termasuk saya sendiri), ada keraguan dalam mengimani janji – janjinya, sehingga apa – apa yang Allah janjikan belum terwujud dalam kehidupan kita. Mungkin kita kurang yakin, sehingga hal – hal yang bersifat ‘miracle’, belum mampir dalam hidup kita. Sebagaimana persangkaan kita terhadap Allah, begitu pula persangkaan Allah terhadap kita. 


Wallahu ‘alam bis showab, semoga Allah selalu memberikan petunjuknya bagi kita semua.